Banner Top


(Jakarta – haltebus.com) Singapura mulai melaksanakan program jangka menengah untuk mengubah penggunaan energi pada transportasi publik. Tahun depan, mereka secara bertahap sudah menghadirkan bus listrik yang menjadi program otoritas transportsi darat – Land Transport Authority (LTA) Singapura. “Enam puluh bus, termasuk 10 bus tingkat, akan melayani komuter dengan lebih senyap dan halus dalam berkendara,” demikian pernyataan LTA yang dirilis Rabu (24/10/18) dalam laman resminya.

LTA mengumumkan pengadaan bus senilai S$ 50 juta. Pengadaan bus ini akan dipasok oleh tiga perusahaan. Rencananya tahun 2019, bus-bus yang dipesan sudah mulai diterima dan diharapkan bisa beroperasi sepenuhnya pada tahun 2020. Program ini adalah salah satu bagian dari program modernisasi transportasi bus di Singapura. Awal tahun 2018, LTA menginisiasi program kerjasama antara Volvo Bus, Nanyang Technology University dan SMRT untuk ujicoba bus otonom. LTA menargetkan pada 2022 program bus otonom ini bisa diaplikasikan di jalur regular.

Bagaimana dengan pengadaan bus listrik yang sudah dimulai tahun depan? Tiga perusahaan akan memasok bus. Dua perusahaan bus asal China terpilih dalam tender ini. Ada BYD perwakilan Singapura mendapat kontrak pertama senilai S$ 17 juta untuk pengadaan 20 bus listrik single-deck. Sedangkan konsorsium Yutong-NARI mendapat kontrak ketiga senilai S$ 18 juta untuk pengadaan 10 bus listrik single-deck dan 10 bus listrik double-deck. Ada juga perusahaan ST Engineering Land Systems yang mendapatkan kontrak kedua senilai S$ 15 juta untuk pengadaan 20 bus listrik single-deck.

Dari hasil proses tender, LTA menilai para pemenang ini mendapat nilai terbaik dari berbagai aspek. LTA menilai perusahaan dari sisi relevansi pengalaman dibidang yang mereka butuhkan, rekam jejak perusahaan yang jelas, kemampuan teknis dan aspek kepatuhan terhadap regulasi pemerintah Singapura. “Ketiga pemenang menawarkan proposal yang kompetitif dan berstandar kualitas yang tinggi. Tender diberikan kepada perusahaan yang bervariasi agar LTA bisa mengetahui perbedaan penerapan teknologi pengisian batere yang berbeda yang ada di pasar (inudstri bus),” begitu pernyataan LTA.

Dua perusahaan yang terlibat dalam tender LTA, menjadi perwakilan dua pabrikan bus yang tergolong besar di China, BYD dan Yutong. Keduanya kini memiliki perhatian dalam menawarkan solusi bus listrik ke berbagai negara di dunia. Keduanya juga aktif merambah pasar Eropa baik untuk bus listrik di perkotaan maupun bus listrik antar kota. Dalam setahun terakhir baik BYD maupun Yutong sudah menggandeng salah satu operator bus lintas negara di Eropa, yakni Flixbus, untuk mengoperasikan bus listrik antar kota.

Sementara, perusahaan asal Singapura yang ikut memenangkan tender LTA ini, ST Engineering Land Systems, juga bukan perusahaan sembarangan. Mereka memiliki fokus bisnis di sistem transportasi. Porsi terbesar adalah transportasi udara. Namun, untuk transportasi darat, mereka sudah membukukan kerjasama teknologi kendaraan otonom dan manajemen transportasi perkotaan di Israel. Perusahaan ini juga memiliki perwakilan di 44 kota di 22 negara untuk memperluas penetrasi di pasar global.

Penambahan 60 unit bus listrik yang baru, dengan varian yang berbeda, menurut LTA, menjadi wahana untuk memperkaya pengetahuan mereka dalam memahami berbagai aspek dalam pengelolaan transportasi publik, khususnya bus. Ada aspek operasional dan tantangan secara teknis yang bisa dipelajari karena terkait juga dengan aspek kebutuhan armada dan perawatan bus yang dibutuhkan. Selain itu, operasional bus listrik ini juga harus mempertimbangkan cuaca dan kondisi lalu-lintas di Singapura.

Tahun lalu, pemerintah Singapura telah mengumumkan pembelian 50 bus berteknologi hybrid dan 60 bus listrik di Parlemen. Pembelian ini adalah bagian dari kebijakan pemerintah Singapura dalam mewujudkan sistem transportasi yang ramah lingkungan. (naskah : mai/foto : lta.gov.sg/ globalsingapore.sg/ straitstimes.com/ channelnewsasia.com/yutong.com/byd.com)

Banner Content