Banner Top

(Jakarta – haltebus.com) Untuk yang kedua kalinya Mercedes-Benz Indonesia meminta pemerintah Indonesia menyiapkan insfrastruktur untuk teknologi ramah lingkungan. CEO PT. Mecedes-Benz Indonesia, Claus Weidner menyatakan, untuk teknologi terbaru di Eropa standar emisi sudah memasuki standar Euro VI. “Kendala terbesar di Indonesia adalah ketersediaan bahan bakar yang masih berstandar emisi Euro II, ada gap teknologi yang cukup signifikan,” katanya dalam konferensi pers tahunan PT. Mercedes-Benz Indonesia, Senin (6/2/12).

Claus menjelaskan, teknologi mesin yang ramah lingkungan saat ini disanding oleh mesin diesel. Di Eropa, kata dia, mesin diesel tak hanya digunakan untuk kendaraan niaga seperti bus dan truk, tetapi juga untuk mobil kelas premium. Menurut pria kelahiran Jerman ini, tak hanya dikenal effesien, mesin diesel dengan teknologi terbaru menggunakan bahan bakar yang tepat juga mengurangi emisi gas buang. Sayangnya, lanjut dia, saat ini pihaknya belum bisa mendatangkan teknologi mesin diesel yang ramah lingkungan ke Indonesia.

Isu ini juga pernah dilontarkan CEO PT. Mercedes-Benz Indonesia sebelum Claus, Rudy Borgenheimer, tahun lalu. Saat ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) digelar, Rudy bahkan mengungkapkan masalah gap teknologi dan dukungan infrastruktur di Indonesia secara lugas di hadapan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun.

Claus menilai, dengan pertumbuhan ekonomi tiga hingga lima persen saat ini, potensi pasar kendaraan di Indonesia cukup besar dan akan meningkat di tahun 2012. Sebagai gambaran, Penjualan produk Mercedes-Benz meningkat di tahun 2011 sebesar 16 persen dari tahun 2010, yakni dari 4.594 unit menjadi 5.331 unit. Pertumbuhan signifikan dialami kendaraan niaga pabrikan itu, yakni 38 persen. Di tahun 2010 kendaraan niaga yang terjual 975 unit, di tahun 2011 naik menjadi 1.350 unit. Sayangnya, untuk Mercedes-Benz, teknologi yang ditawarkan untuk pasar Indonesia masih belum mengikuti standar emisi Euro seperti yang berlaku di Eropa, benua asal Mercedes-Benz.. “Jika insfrastruktur bahan bakar di sini sudah baik, kami pun siap memproduksi kendaraan berstandar emisi Euro IV bahkan yang berteknologi terbaru  yang sedang dipersiapkan yakni Euro VI,” katanya mantab.

Teknologi mesin diesel berstandar emisi Euro III sudah diterapkan pada bus yang dipasarkan di Indonesia saat ini. Namun sayangnya, dalam operasional sehari-hari resiko sangat tinggi. Sebab bahan bakar yang ada di pasaran tak menunjang. Masalah ini kerap dikeluhkan oleh operator bus swasta. Salah satunya yang diungkapkan Ketua Ikatan Pengusaha Muda PO Bus Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan. “Mesin cepat rusak karena seringkali solar yang ada di pasaran bercampur oli, air, bahkan pasir,” katanya.

Menurut Claus, perkembangan teknologi adalah suatu kenyataan yang harus dihadapi dan tidak bisa ditahan. Jika Indonesia tak mengimbangi dinamika teknologi, maka teknologi mesin kendaraan yang beredar di negara ini jauh tertinggal.

Karena itu, dalam kesempatan ini, Claus menegaskan, Mercedes-Benz belum meluncurkan produk terbaru untuk bus. Sejauh ini, kata dia, pihaknya masih mengandalkan chassis OH-1521 Euro III dan OH-1526, dan OH-1626 dan OH-1830 untuk bus berfitur suspensi udara. Namun, Claus sempat berujar, “Kami sedang mendiskusikan model terbaru untuk bus, seperti apa nantinya…..kita lihat saja anda pasti akan kami beritahu.” (naskah : mai/ foto: dok./PT. MBI)

Banner Content